A. HERMENETIK HARUS BERTOLAK DARI OTORITAS KITAB SUCI SEBAGAI FIRMAN
ALLAH
- JIKA TIDAK MENJADIKAN KITAB SUCI SEBAGAI OTORITAS TERTINGGI, MAKA KITA AKAN TEROMBANG AMBING OLEH HUKUM RELATIVISME
- ALKITAB HARUS DILIHAT SEBAGAI PEWAHYUAN ALLAH, SEHINGGA KITA AKAN MENARUH HORMAT DAN CERMAT TERHADAP INTERPRETASI KITA TERHADAP FIRMAN ALLAH
- SUPAYA DENGAN MELIHAT ALKITAB SEBAGAI FIRMAN ALLAH, MAKA KITA TIDAK TERKACAUKAN ANTARA SUARA ALLAH DAN SUARA MANUSIA
- DENGAN MELIHAT ALKITAB SEBAGAI OTORITAS TERTINGGI, MAKA KITA TIDAK TERJEBAK DENGAN KEBENARAN MANUSIA.
B. HERMENETIK SEBAGAI SARANA UNTUK MENTERJEMAHKAN/MENJELASKAN PIKIRAN
PENULIS KEPADA PIKIRAN KITA DI ABAD MODERN INI.
BEBERAPA UNSUR YANG DIBUTUHKAN :
Bahasa, Kultur, Geografi dan Sejarah
Bahasa, Kultur, Geografi dan Sejarah
Halangan dari Hermeneutika : Kurang tekun, Kurangnya keahlian dan Praduga yang sangat kuat
Perangkap yang ditemui dalam Ilmu Hermenetik
- Metode Proftex : Menganggap Alkitab terdiri dari ayat – ayat yang terpisah yang masing – masing dapat diartikan tanpa memperhatikan ayat – ayat sekitarnya.Contoh : Amsal 3 : 16.
- Metode Allegoris:Penafsir cenderung memberi arti yang lainnya dari yang dimaksudkan oleh Penulis
- METODE RASIONALISME :Penafsir berusaha menjelaskan Alkitab agar selaras dengan ratio manusia
- METODE MITOS :Penafsir mengesampingkan aspek sejarah, karena hal tersebut dianggap mitos
- METODE DOGMATIKA :Penafsir sudah menetapkan kepercayaannya terlebih dahulu baru mencari ayat pendukung.
- METODE SEJARAH EKSTRIM:Penafsir menganggap Alkitab sebagai ceritera yang menarik namun tanpa unsur relevansi bagi kehidupan sekarang.
- METODE AYAT SILANG Penafsir melihat Alkitab sebagai koleksi ayat – ayat silang yang terpencar – pencar dan untuk menemukan arti ayat – ayat itu harus diadakan perbandingan. Metode tidak keliru, namun bisa menjadi keliru kalau tidak terlebih dahulu kalau belum dieksegesis.
- METODE LITERAL EKSTRIM:Penafsir menyangkal adanya penggunaan bahasa kiasan dalam Alkitab.
A. METODE LITERAL :
Metode yang berusaha menerima pengertian literal yang terkandung dalam kalimat – kalimat terkecuali hal itu
sama sekali tidak memungkin. Contoh : Perumpamaan, Gaya Bahasa.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan :
1.
Sebuah kata harus dipahami menurut kalimatnya dan sebuah kalimat harus
diartikan menurut konteksnya.
Contoh : Markus 3 :
29; Ibrani 1 :1 (tidak boleh ditafsir kalau tidak melibatkan ayat 2 )
2.
Nats – nats kitab suci
yang berisi yang sama harus diadakan studi perbandingan, bila nampak
kontrakdiktif maka kemungkinan nats ketiga yang dapat mempertemukannya. Contoh : Matius 10 :
10
3.
Nats yang jelas harus lebih diutamakan dari pada
nats yang kabur artinya. Contoh : Yohanes 3 : 8
4.
.Perhatikan dengan seksama harus diberikan
kepada ejaan kata, tatabahasa, dan gaya bahasa.Contoh : Yohanes 2 : 16
MURNI LITERAL: Kalimat – kalimat yang bersifat biasa dan tidak mengandung gaya bahasa di dalamnya.
FIGURATIVE LITERAL: Dibalik kalimat atau kata bersifat kiasan, yang didalamnya memiliki arti Literal. Contoh : Mazmur 33 : 18 “ Mata Tuhan ………” Artinya : Tuhan Maha Tahu.
MURNI LITERAL: Kalimat – kalimat yang bersifat biasa dan tidak mengandung gaya bahasa di dalamnya.
FIGURATIVE LITERAL: Dibalik kalimat atau kata bersifat kiasan, yang didalamnya memiliki arti Literal. Contoh : Mazmur 33 : 18 “ Mata Tuhan ………” Artinya : Tuhan Maha Tahu.
B. Metode
Alegoris
Kendala dari metode ini :
- Apakah itu memang yg diharapkan dari Penulis.
- Bisa mengaburkan arti yang benar dari Firman Allah
- Sistem ini menjadikan Alkitab sebagai tanah liat ditangan Penjunan
- Akan menganggap penafsiran literal bukti ketidakdewasaan tafsiran
PRINSIP MENAFSIR METODE
ALEGORIS
- TIDAK DITUJUKAN KEPADA ALLAH
- JIKA TULISAN TERSEBUT MEMANG BERSIFAT ALEGORIS
- PENAFSIR LEBIH DAHULU MENGERTI PENGERTIAN HARFIAH DAHULU.
- PERHATIKAN TUJUAN UTAMA DARI PENULIS
- PERHATIKAN KONTEKS, MENGAPA HARUS SAMPAI DIALEGORISKAN
C. Menafsir Nubuatan
- Ada nubuatan yang terjadi digenapi pada masa itu juga
- Ada nubuatan yang terjadi PL digenapi pada masa PB
- Ada nubuatan yang terjadi PB digenapi pada PB
- Ada nubuatan yang terjadi tetapi sampai saat ini belum digenapi
PRINSIP MENAFSIR NUBUAT
- TAFSIRKAN TERLEBIH DAHULU SECARA LITERAL LEBIH DAHULU, APABILA LITERAL TIDAK MASUK AKAL, MAKA AYAT ITU MENGANDUNG NUBUAT
- PENAFSIR PERLU MEMPERHATIKAN GAP WAKTU.CONTOH : YESAYA 61:1,2
- PENAFSIR PERLU MEMPERHATI-KAN KEMUNGKINAN ADANYA PENGERTIAN GANDA.CONTOH :YESAYA 7 : 14 -16.
- PERHATIKAN GAYA BAHASA YANG YANG DIGUNAKAN DALAM NUBUAT.CONTOH : WAHYU 19 : 11 - 16
D. PRINSIP
MENAFSIR TATA BAHASA
- DALAM KASUS – KASUS TERTENTU, PENAFSIR SEBAIKNYA SENSITIF TERHADAP PENGARUH DALAM BAHASA LAIN TERHADAP ALKITAB
- TATA BAHASA BERHUBUNGAN ERAT DENGAN ANALISA TEKS, ETYMOLGIS, GAYA BAHASA, FONOLOGI, MORFOLOGI
- TIDAK SETIAP KALIMAT PERLU DIANALISA DENGAN METODE INI.
TAHAPAN MENGGUNAKAN METODE TATA BAHASA
- MENENTUKAN SUATU KALIMAT SECARA UTUH. DAN MUNGKIN KALIMAT ITU ADALAH BAGIAN DARI AYAT. CONTOH : KEJ. 3 : 13
- DIANJURKAN MENGGUNAKAN BEBERAPA ALKITAB DALAM BEBERAPA TERJEMAHAN. CONTOH : 2 TIM 4 : 2 (DOLOUNTES: MEMERPERDAYA/MENJERAT)
- PENAFSIR MEMPERHATIKAN UNSUR – UNSUR TATA BAHASA. MIS: KATA KERJA, KATA SIFAT, KATA BENDA, GAYA BAHASA, DSB.
E. METODE MENAFSIR PERUMPAMAAN
PERUMPAMAAN : CIRETERA – CIRETERA YANG DIGUNAKAN DENGAN
MAKSUD MENJELASKAN AJARAN MORAL ATAU
KEBENARAN ROHANI
BEBERAPA HAL YANG PERLU DIPAHAMI
DARI PERUMPAMAAN
1. SUMBER DARI PERUMPAMAAN
2. TUJUAN DARI PERUMPAMAAN
3. STRUKTUR DARI PERUMPAMAAN
4. TEOLOGIA PERUMPAMAAN PL
5. TEOLOGIA PERUMPAMAAN PB
1. SUMBER DARI PERUMPAMAAN
2. TUJUAN DARI PERUMPAMAAN
3. STRUKTUR DARI PERUMPAMAAN
4. TEOLOGIA PERUMPAMAAN PL
5. TEOLOGIA PERUMPAMAAN PB
Prinsip penafsiran terhadap perumpamaan
1. Perhatikan sebab
musabab/ tujuan sampai munculnya Perumpamaan
2. Penafsir dianjurkan mencari data budaya, sejarah, latar belakang.
3. Biasanya perumpamaan itu memiliki satu tujuan utama
4. Berusaha menguasai isi dari perumpamaan tersebut.
5. Jangan menafsir perumpamaan denga menggunakan metode alegoris
Catatan.: Perumpamaan = Ilustrasi. Itu sebabnya tidak baik dijadikan Doktrin
2. Penafsir dianjurkan mencari data budaya, sejarah, latar belakang.
3. Biasanya perumpamaan itu memiliki satu tujuan utama
4. Berusaha menguasai isi dari perumpamaan tersebut.
5. Jangan menafsir perumpamaan denga menggunakan metode alegoris
Catatan.: Perumpamaan = Ilustrasi. Itu sebabnya tidak baik dijadikan Doktrin
F. Prinsip menafsir sejarah
- Wajib memahami
Latar Belakang
- Kepada Siapa Tulisan itu
ditujukan
- Wajib Memahami Penulis Alkitab
- Wajib Memahami Maksud Penulisan